Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Dana Desa Timbulkan Ketimpangan, Apa Kata Moeldoko ?

Thursday 31 January 2019 | 02:24 WIB Last Updated 2019-01-31T01:19:50Z




JAKARTA, BIN - Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko mengatakan pemerintah berusaha memperpendek jarak ketimpangan ekonomi. Dia mengatakan ketimpangan ekonomi di Indonesia secara umum makin baik.

"Gini ratio kita cukup bagus teman-teman. Mana adanya perkembangan dari waktu ke waktu yang sebelumnya 0,401 sekarang ini gini rasio kita 0,389. Jadi ketimpangan ada, tapi ketimpangan semakin sempit," kata Moeldoko di pembukaan Rakornas Satpol PP dan Satuan Perlindungan Masyarakat (Satlinmas) untuk menyambut Pemilu 2019 di Hotel Mercure Ancol, Jakarta Utara, Rabu (30/1/2019).

Dia mengatakan ketimpangan ekonomi punya dampak pada kondisi keamanan dan ketertiban di suatu negara. Ketimpangan ekonomi bisa menjadi sumber konflik.
"Pemerintah telah menjaga dan meningkatkan agar ketimpangan itu semakin sempit," ucapnya.

Moeldoko mengatakan saat ketimpangan ekonomi secara umum bisa dipersempit, kondisi bebeda di desa. Dia mengatakan ada fenomena baru ketimpangan ekonomi makin meluas.
Mantan Panglima TNI ini menyebut salah satu faktor pemicu lebarnya ketimpangan ialah program dana desa.

"Saat ini ada sebuah fenomena baru bahwa di desa justru ketimpangannya melebar. Kemarin saya diskusi dengan Menteri Desa. Karena orang desa yang pendapatannya tadinya kecil, sekarang pendapatannya meningkat dengan dana desa yang meluncur deras ke desa itu, maka keinginan mereka untuk membeli itu tinggi," ungkapnya.

Dia mengatakan ketimpangan terjadi saat munculnya orang kaya baru di desa. Namun, menurutnya hal itu secara alami akan hilang.

Moeldoko sedikit bercerita saat dirinya masih aktif sebagai dinas di daerah Makassar, Sulawesi Selatan. Dia bercerita saat itu petani yang berduit membeli kulkas untuk menyimpan cengkeh. Padahal saat itu listrik belum masuk. Namun saat ini kulkas bukan lagi jadi barang istimewa karena dimiliki hampir semua orang setelah listrik dialirkan.

"Begitu keinginan membeli itu tinggi, maka di desa itu menjadi ada ketimpangan, antara orang miskin dengan orang kaya baru. Sehingga ini yang di antaranya menyebabkan ketimpangan di desa itu. Tetapi lama-lama itu nanti akan hilang dengan sendirinya," kata dia.

"Sebagai contoh dulu saya dinas di Makassar. Pak Mendagri, agak lucu orang Palopo itu. Waktu itu harga cengkeh tinggi, waktu itu listrik belum masuk desa. Tapi apa yang dilakukan oleh orang Palopo? Dia berbondong-bondong membeli kulkas. Padahal listrik tidak ada di sana. Itulah yang menjadikan kulkasnya untuk tempatnya cengkeh. Jadi itulah yang menyebabkan adanya ketimpangan," sambung Moeldoko.


Pewarta : Affry Setiawan
close