Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

PERANAN MAHASISWA DALAM PERGERAKAN REFORMASI

Tuesday 18 August 2020 | 01:01 WIB Last Updated 2022-03-21T22:22:41Z
0leh: AM.Arieful Zaenal Abidin.Sip.SE

Ket.ALPERA-ALAM (Aliansi Pemuda Rantau Asal Lamongan) Aktifis LSM MAPHP (Masyarakat Pemerhati Hukum dan Pemerintah) Anggota OKK. IPI (Ikatan Pemuda Indonesia) Ketua Umum P2B (Persatuan Pers Bersama). SENIN (17/08/2020).

Pada Era Reformasi berlangsung setelah ORBA yang kemudian menandai lahirnya Zaman Baru yaitu dengan adanya keberhasilan kelompok Reformator yang melibatkan didalamnya.Gerakan Reformasi di Indonesia memang tak lepas dari kepopuleran mahasiswa dan para kaum intelektual.

Gerakan ini diawali dari gerakan keprihatinan yang menempatkan para mahasiswa di kampus-kampus yang memiliki tradisi berunjuk rasa dengan mimbar bebas kampus yang ternyata di sambut secara positif oleh segenap elemen civitas akademik.

Mahasiswa merupakan pelopor perubahan.Dari gerakan mahasiswalah perubahan tercipta.Mahasiswa merupakan tokoh intelektual dalam masyarakat dan pro pada rakyat.Seluruh bentuk gerakan dan aksi mahasiswa untuk menuju pada cita-cita bangsa, demi kesejateraan rakyat.
Pasca reformasi, tokoh-tokoh reformasi bersaing lewat dunia politik untuk menjadi pemimpin bangsa ini. Dan beberapa tokoh reformasi, seperti Megawati Soekarnoputri dan Gus Dur berhasil menjadi Presiden Republaik Indonesia (Gus Dur Presiden RI ke-4 & Megawati Soekarnoputri Presiden Ri ke-5), sedangkan Amin Rais menjadi ketua MPR RI pada tahun 1999. Gerakan mahasiswa dan tokoh-tokoh mahasiswa berupaya untuk terus mewujudkan reformasi di Indonesia. 

Beberapa keberhasilan proses reformasi yakni Pemilu 1999 yang diikuti oleh banyak partai, kebebasan pers dan media, kebebasan umat beragama (Konghuchu masuk menjadi salah satu agama di Indonesia), pemisahan POLRI dan TNI, TNI kembali ke barak, reformasi POLRI (polisi sipil), upaya penumpasan KKN dan banyak UU direvisi menjadi pro-rakyat. Proses menuju cita-cita reformasi terus berlanjut hingga kepemimpinan presiden saat ini, dan belum tuntas.

Era reformasi mahasiswa mengambil peran sangat besar, sejak awal terjadinya perubahan, hingga pengawalan terhadap perubahan dalam masyarakat akibat reformasi.Gerakan mahasiswa masih tetap berpikir kritis dan memberikan pernyataan sikap terhadap kinerja pemerintah, serta kebijakan-kebijakan.

Saat ini peran mahasiswa untuk terus mengawal reformasi masih berjalan.
Mahasiswa merupakan pelopor perubahan.Dari gerakan mahasiswalah perubahan tercipta.Mahasiswa merupakan tokoh intelektual dalam masyarakat dan pro pada rakyat.Seluruh bentuk gerakan dan aksi mahasiswa untuk menuju pada cita-cita bangsa, demi kesejateraan rakyat.Sebagai tokoh intelektual, mahasiswa dalam pergerakannya tidak lah melepaskan karakter kritis dan ilmiah.Seluruh gerakan mahasiswa diawali dengan diskusi-diskusi mendalam tentang suatu kondisi dan situasi yang terjadi dalam masyarakat.

Forum-forum diskusi inilah yang merupakan pusat studi dan riset mahasiswa, sebelum direncanakan strategi aksi dan pergerakan. Dengan demikian, ketika gerakan dan aksi dilakukan, maka akan mendapat dukungan dari masyarakat secara penuh.
Mahasiwa sebagai tokoh intelektual bukan hanya lewat aksi demonstrasi dan pernyataan sikap saja.

Mahasiswa dalam ranah ilmiahnya tetap melaksanakan riset dan studi untuk membantu menyelesaikan persoalan masyarakat dalam bidang ekonomi, iptek, social, hokum, pertanian, dan lainnya.Mahasiswa terus secara bertanggung jawab belajar untuk mempersiapkan dirinya menjadi pemimpin, sekaligus menjadikan kampus sebagai wadah untuk meneliti, dan melakukan dialektika intelektual untuk memecahkan permasalahan dalam masyarakat.

Gerakan mahasiswa merupakan wujud kecerdasan masyarakat. Untuk itu mahasiswa harus terus memberikan kontribusi pemikiran dan tindakan dalam membantu masyarakat, karena ia merupakan bagian dari masyarakat. Jika mahasiswa kehilangan intelektualitasnya dan keberanian dalam membela dan mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia, maka nasib bangsa Indonesia tidak akan jelas. Dan rakyat akan menjadi korban dari runtuhnya intelektualitas dan idealisme mahasiswa. 

Gerakan mahasiswa harus terus mengambil perannya sebagai pelopor perubahan, pengawal pembangunan dan membentuk diri sebagai calon pemimpin masa depan bangsa. Dengan demikian mahasiswa dan gerakannya, akan tetap menjadi tokoh intelektual dan peluang perubahan dalam masyarakat, yang bertanggung jawab dan penuh keberanian.
Mahasiswa dipercaya sebagai kekuatan sosial-politik dalam masyarakat yang amat strategis. 

Bisa dikatakan demikian, karena mahasiswa adalah kalangan yang terdidik (educated) dan oleh karenanya langsung maupun tidak langsung menjadikannya berkesadaran politik lebih tinggi daripada masyarakat pada umumnya. Mahasiwa pada umumnya masuk dalam kelas menengaah sebagai kelompok yang belum bekerja, belum mempunyai tanggungan keluarga, dan oleh karenanya diasumsikan mampu mencurahkan perhatiannya pada hal-hal yang ada di sekitarnya dengan relatif lebih baik dan independen. Pandangan seorang mahasiswa akan suatu fenomena sosial politik diasumsikan lebih jernih karena belum terdistorsi oleh berbagai kepentingan. 

Bertolak dari berbagai asumsi di atas, menjadi dapat dimdimengerti ketika ekspektasi masyarakat terhadap mahasiswa untuk berkontribusi dalam penyelesaian berbagai persoalan bangsa pula teramat besar.

Dalam menyuarakan suara dan aspirasinya mahasiswa akan lebih nothing to loose daripada seseorang yang memiliki resiko kehilangan pekerjaan dan jabatan. Inilah yang membedakan aksi mahasiswa misalnya dengan aksi buruh yang kerap kali dilingkupi ketakutan akan kehilangan pekerjaan dan atau mengalami pemecatan. 

Independensi mahasiswa ini menjadi keunikan tersendiri dalam diskursus mengenai gerakan sosial, sekaligus karena potensi dan keunikannya itu menjadikannya ternampak seksi sehingga begitu rawan untuk dimanfaatkan oleh berbagai kekuatan politik demi tujuan-tujuan pragmatis.

Di tahun 1998, tampaklah munculnya keberagaman kelompok aksi mahasiswa kritis.Nyaris kelompok-kelompok baru dalam aksi mahasiswa tersebut muncul di era 1990-an. Sebagian besar dari mereka melopori aksi mimbar-mimbar bebas dan aksi turun jalan.

Bersamaan dengan turunnya Soeharto, 21 Mei 1998, terbangunlah monument historis yang diukir oleh mahasiswa Indonesia. Faktanya tampak bahwa mahasiswa pada penghujung akhir dasawarsa ini telah menorehkan tinta emas, menghantarkan negeri ini memasuki Era Baru, Era Reformasi setelah sukses memaksakan pergantian Rezim Orde Baru yang korup. Dari Rahim gerakan yang di kreasikan mahasiswa maka lahirlah sejarah baru.

Gerakan mahasiswa 1998 adalah pemberontakan intelektual yang paling dramatis dan otentik dalam sejarah Indonesia karena mahasiswa mampu mematahkan mitologi politik bahwa gerakan mahasiswa adalah aliran bahkan dukungan militer yang pernah terjadi pada tahun 1966.

Pada tahun 1966 militer mendorong, mendukung, dan memanfaatkan gerakan mahasiswa untuk membubarkan PKI dan menjatuhkan Rezim Soeharto. Militer ini tampil ke depan, karena secara ideologis militer termasuk kelompok yang paling fasih menentang ideology Komunis. Bagi mahasiswa, militer dipahami sebagai kawan strategis sedangkan bagi militer, mahasiswa hanya menjadi kawan taktis.Pemerintah Rezim Soeharto berjalan dengan pilar-pilar birokrat, teknokrat, dan militer yang semakin lama semakin jauh dan bertentangan dengan semangat kelahiran ORBA dan moralitas mahasiswa.
Sementara gerakan mahasiswa 1998 ditandai oleh sikap militer yang ragu-ragu dan justru pada detik-detik terakhir militer masih mempunyai loyalitas kepada Soeharto.

Fenomena keberhasilan pemberontakan mahasiswa tersebut semakin menjelaskan tanda-tanda terbitnya civil society di Indonesia.Setidak-tidaknya adalah gejala kemandirian masyarakat, keberanian social, dan hancurnya tembok-tembok katakutan sistematis yang diproduksi terus-menerus oleh rezim ORBA.Runtuhnya Soeharto menandakan bahwa masyarakat yang berani ternyata cukup kuat.Legitimasi ORBA hilang ketika terjadi krisis ekonom, politik, dan moral. Sehingga mahasiswalah yang membahasakan pencabutan legimitsi ORBA itu lewat berbagai demonstrasi yang dilakukan secara nasional dan merata, sehingga terjadi gejala yang massif.

Jatuhnya Soeharto hanyalah salah satu hasil dari gerakan reformasi yang dimonitori mahasiswa.Karena mahasiswa adalah gerakan sistematis untuk menata sistem politik yang demokratis, sistem ekonomi yang adil dan merata, sistem hukum yang tegak, lurus, dan mengayomi, dan sistem kebudayaan yang bebas, dewasa dan matang.Artinya jatuhnya Rezim Soeharto hanya pintu awal untuk menata sistem social.Kekokohan sistem ini yang akan menjadikan berbagai ragam operasi kekuatan politik, ekonomi, dan hukum yang beerjalan secara institusional dan bukan personal.

Dampak protes social di Indonesia antara lain :
1. Mahasiswa ternyata tidak berdiri sendiri dalam melancarkan aksi-aksi moralnya. Mereka mendapat dukungan sepenuhnya dari para pendidik. Ini merupakan satu fenomena yang bila ditilik dari kebijakan ORBA begitu menekan dan membatasi ruang gerak mahasiswa dan kampus untuk berpolitik.

2. Gerakan mahasiswa telah melewati sebuah proses pematangannya, justru ketika pemerintahan ORBA.Pematangan pola mahasiswa yang dilakukan secara massif, serempak seluruh Indonesia, dan segera diikuti oleh kaum intelektual dan masyarakat luas, tak bisa dilepaskan menguatnyacivil society.

3. Mahasiswa dan kaum intelektual berhasil melakukan transformasi gerakan moral ke gerakan social lebih luas. akibatnya mereka berhasil mempengaruhi perubahan politik di Indonesia, yang ditandai dengan lengsernya Soeharto yang berkuasa selama 32 tahun di Indonesia

4. Di Indonesia yang plural , berbagai kelompok mahasiswa bersatu dalam menggulirkan satu tujuan bersama yakni reformasi total yang harus diawali dengan suksesi kepemimpinan nasional, kongkretnya mundurrnya Soeharto.

Namun satu hal yang memprihatinkan, keberhasilan gerakan mahasiswa lantas di manfaatkan oleh badut-badut politik untuk kepentingan poloitik masing-masing.Terlepas dari situ, mahasiswa dan kaum intelektual telah memberi sumbangan amat berharga bagi keberhasilan gerakan reformasi.

Diharapkan, mereka tetap pada garis dasar perjuangannya, yakni tetap menyuarakan seruan moral dalam kondisi apapun, sehingga arah gerakan reformasi tidak bakal melenceng dari tujuan semula.
Naikknya B.J Habibie jelas tidak otomatis mengubah keadaan menjadi berbalik 180 derajat, membuat Indonesia semakin baru oleh gerakan Reformasi.

Inilah yang menyebabkan banyak kalangan, termasuk mahasiswa, para cendikiawan, dan LSM, yang bersikap kritis terhadapnya.
Bangsa Indonesia telah kecurian demokrasi dua kali.Pertama, ketika Soekarno yang di sokong tentara mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1969, yang kemudian menciptakan Rezim Demokrasi Terpimpin. 

Kedua, ketika Soeharto membangun Orde Baru terlalu dipercaya oleh masyarakat kita, sehingga Soeharto menuliskan sendiri Orde Baru itu seperti apa harus diimplementasikan, sehingga jatuh pada otoritarianisme yang sama sekali tak terkontrol. Kini kita tidak boleh lagi kemasukan pencuri demokrasi untuk ketiga kalinya.

(RED).
close