Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Puncak Sajuta Kupat 2019, Tradisi Masyarakat Sedekah Ketupat di Jalur Wisata

Friday 18 October 2019 | 19:43 WIB Last Updated 2019-10-18T13:15:26Z

BOGOR,BIN- Budaya ketupat atau sidekah ketupat ternyata menjadi ikons di wilayah Puncak, wilayah kabupaten Bogor bahagian selatan ini. Berkumpul panitia yang merencanakan acara di Kedai Kopi Lao Cipayung Jl. Raya Puncak pada Jum'at sore 18 Oktober 2019.

Para elemen masyarakat puncak yang terdiri dari perbagai lapisan masyarakat, alim ulama, pejabat, tokoh masyarakat dan tergabung dalam Puncak Ngahiji akan adakan acara Lebaran Ketupat Rabo Wekasan yang ke-3, yang akan digelar pada Rabu 23 Oktober di Lapangan Paralayang, Puncak Cisarua Bogor.
Ajet Basyuni ketua Puncak Ngahiji memimpin acara rapat tersebut mengungkapkan, "ini adalah kali ke 3 perhelatan acara Sedekah Ketupat yang digelar masyarakat Puncak", ungkapnya.

Ia menambahkan acara yang digelar pada hari Rabu tanggal 23 Oktober adalah tradisi masyarakat di tiga Kecamatan yaitu Ciawi, Megamendung dan Cisarua.

Sementara Ketua Panitia Pelaksana Sidekah Ketupat 2019, H. Arifin Azis mengungkapkan, "tradisi masyarakat Puncak ini digagas dahulu oleh Ulama Mama Asyari Bakom yang memulai sidekah Ketupat di Rabo Wekasan di Bulan Syafar di hari rabu terakhir untuk menolak bala", imbuhnya.
Senada dengan ketua Panitia Ujang Pucuk salah seorang Penggagas acara sidekah bumi menambahkan, "kami ingin melestarikan budaya tradisi dan mengangkat kearifan lokal ini akan direncanakan dengan sejuta ketupat sekaligus menjadi jargon puncak", jelasnya.

"Kami di Puncak Ngahiji juga berharap kepada ibu Bupati Bogor agar acara tahunan ini juga dijadikan Perda agar mengakomodir suara masyarakat puncak", jelasnya.
Hadir dalam acara tersebut ada Kapolsek Cisarua, Kompol Nur Icshan, perwakilan 3 Kecamatan Wilayah Puncak.

"Lebih lanjut direncanakan juga pengajuan rekor MURI untuk acara tersebut. Dan juga himbauan bagi para pengusaha hotel di wilayah puncak agar mensupport acara Sidekah Ketupat yang merupakan budaya kearifan lokal", tutup tokoh ini. 
(Anik.M, Hari & Saepudin)
close